(*ditulis oleh Anita Widia Wati H)
Acara
dimulai pada pukul 8.15 WIB.
Acara dibuka oleh perwakilan dari PKM yaitu Muhlisin
dan Amidana.
Amidana menyampaikan sapaan kepada bapak kepala
desa, ibu kepala TK PKK Blimbing 1 beserta guru pengajar, ibu-ibu desa
Blimbing, dan mahasiswa PKM.
Muhlisin: “Kami merasa sangat senang karena kami
disambut dengan sangat baik oleh masyarakat.”
Amid: “Banyak sekali kegiatan yang kami lakukan
bersama anak-anak ibu semua, misalnya mengaji, les, dan kegiatan belajar di TK.”
Muhlisin: “Kami sangat akrab dengan anak-anak ibu
ibu semua. Bahkan ketika pagi hari ketika kami baru saja bangun tidur mereka
sudah datang ke posko kami dan mengajak kami jalan-jalan. Saking semangatnya
mereka, mereka mengajak kami kerumah ibu Kasun di dusun Jlengut. Namun karena
waktu yang tidak memungkinkan maka baru bisa kami janjikan. Selain itu kami
juga diajak untuk ke candilung. Anak-anak ibu sangat lucu-lucu, pintar-pintar
dan sangat menggembirakan. Ada Fika, Angiie, dan juga Nadia. Bahkan menurut Kami ada beberapa anak yang memiliki potensi
menjadi pemimpin, seperti Andika, dan juga Ade.”
A: “Apa yang biasa ibu-ibu lakukan kepada anak-anak
ibu?”
M: “Selama ini kami di kampus, mempelajari berbagai
macam teori. Di sini kami ingin belajar dari ibu-ibu semua agar kami bisa
mempraktikkan teori-teori yang sudah kami pelajari selama ini.”
A: “Ya ibu-ibu kita akan belajar bersama-sama.”
M: “Di sini kita akan saling bertukar pikiran, bukan
untuk mengajari ibu-ibu. Tetapi untuk memustyawarahkan permasalahan yang
dirasakan oleh ibu-ibu semua.”
Sambutan
dari Ibu Alfi, selaku Kepala TK PKK Blimbing 1 (08.30 WIB)
“Kami sangat mengucapkan terima kasih
karena teman-teman PKM ini begitu giatnya untuk melakukan berbagai macam
kegiatan, yang semoga bisa membawa kemanfaatan bagi kita semua. Kami tidak bisa
membalas, semoga Allah yang membalas kebaikan teman-teman PKM”
Materi
oleh Bu Zulfa (08.38 WIB)
“acara ini merupakan sekolah orang tua. Ibu-ibu
sudah menjadi orang tua bukan? Lamanya ibu-ibu menjadi orang tua tentu berbeda.
Mahasiswa PKM tentu belum bisa menyampaikan materi karena belum menjadi orang
tua. Maka dari itu, di sini ibu-ibu yang akan menjadi guru sekaligus belajar
bersama.”
Sebelum materi lebih lanjut, ibu-ibu dibagi menjadi
6 kelompok, masing-masing terdiri dari 5 orang dengan cara berhitung. Setiap
kelompok dipandu oleh satu orang mahasiswa PKM dan diberi nama sesuai dengan
bumbu dapur. Selain itu, setiap kelompok dipimpin oleh satu orang ketua yang
akan memperkenalkan kelompok masing-masing.
Kelompok 1 - bawang putih: Sri, Aminah, Ana, Yuli,
Partini
Gunanya bawang putih untuk memasak sayur,
oseng-oseng.
Kelompok 2 - jahe: Kibtiyah, Supiyah, Rini, Lastri.
Kegunaan jahe untuk bumbu dapur, jamu, dan
lain-lain.
Kelompok 3 - bawang merah, anggotanya: Ita, Ratna, Masri,
Muslimah.
Kegunaan bawang merah untuk masak, biar sedap. Kalau
tidak ada bawang merah akan bingung.
Kelompok 4- wortel: Titik, Sudi, Tri, Bibit
Wortel untuk sop dan oseng-oseng.
Kelompok 5- Kemiri : Hartatik, Warsini, Siswati, Samini
Kemiri untuk bumbu rujak, rempeyek,dan lain-lain.
Kelompok 6- Laos: Rini, Marfuah, Hermin, Ertis, Yati.
Laos untuk lodeh, soto, bumbu bali, dan semua
masakan.
Setiap kelompok sudah diberi 3 lembar kertas dan
diminta untuk menuliskan segala sesuatu yang diharapkan ibu-ibu ada dalam diri
anak-anaknya. Tiap satu kertas satu kata.
Selanjutnya masing-masing kelompok akan menyampaikan
hasil diskusinya.
Diskusi kelompok kemiri: Cita-cita anak tercapai,
anak pintar, anak sholehah.
Kelompok bawang putih: anak sholeh, pintar, berbakti
pada orang tua.
Kelompok wortel: idem bawang putih
Kelompok bawang merah: anak pintar, sukses, dan
sholeh.
Kelompok Laos: anak “mbeneh”, berguna, berbakti.
Kelompok jahe: anak berbakti, sholeh, pintar.
Kertas-kertas tersebut ditempel di kertas plano.
Ibu Zulfa mengajak ibu-ibu manyanyikan lagu topi
saya bundar. Yang kemudian diganti liriknya menjadi “anak saya baik”.
Ibu Zulfa: “Yang
sudah ibu lakukan untuk mewujudkan harapan-harapan tersebut apa?”
Ibu-ibu: “di sekolahkan, les, mengaji.”
Ibu Zulfa: “Yang dilakukan langsung oleh ibu-ibu
sendiri apa?”
Ibu2: “mengajari anak ketika ada PR, memandikan,
merawat setiap hari.”
Ibu Zulfa: “apa suka dukanya menjadi orang tua?”
Ibu-ibu: dukanya banyak, ketika anak sakit, rewel,
sedih kalau anak minta uang.
Selanjutnya bu Zulfa meminta setiap kelompok untuk
menuliskan permasalahan yang dialami ibu-ibu selama mendidik anak-anaknya dan
solusi apa yang sudah dilakukan selama ini. Masing-masing pada 2 lembar kertas.
Setiap kelompok dipandu oleh mahasiswa PKM untuk mendiskusikannya bersama-sama.
Sebelum menyampaikan hasil diskusi, bu Zulfa
mengajak semua ibu untuk menyayikan lagu “anak saya baik”.
Presentasi kelompok oleh masing-masing wakil
Kel. Anisa: Masalah: jika anak minta uang, kami
tidak punya, solusi mencarikan pinjaman. Jika anak sakit, mencarikan obat.
Kel. jahe: tidak mau makan, dibuatkan makanan enak.
Anaka malas belajar, dibujuk.
Kel. Wortel: anak malas makan, disuapi. Malas
belajar, dibujuk.
Kel. B.putih: anak tidak mau sekolah, dibujuk dengan
mainan. Malas belajar, ditemani orang tua.
Kel.anita: anak bandel, didiamkan, nanti akan merayu
ibunya. Anak sakit dan rewel, ditemani tidur.
Kel. Dami: anak malas belajar, dinasihati. Telat
makan, anak dimasakkan makanan yang disukai.
Bu Zulfa: jika anak bandel apa yang ibu lakukan?
Ibu-ibu: dimarahi.
Bu Zulfa meminta ibu-ibu untuk bermain peran. Ada
yang menjadi anak bandel dan ibu yang memarahinya.
Bermain peran (09.15 WIB)
Kel.Jahe: bu sulastri berperan sebagai ibu, Kibtiyah
sebagai anak.
Pembacaan Puisi oleh Ibu Aminah, dari kel. Bawang
putih. (09.20 WIB)
Pembacaan puisi oleh Ibu Zulfa dan dibahas
kandungannya bersama-sama.
Ibu Zulfa: pernahkan anak kita menirukan makian
kita?
Ibu-ibu: pernah, mahir.
Ibu Zulfa: menurut ibu-ibu, kalau anak suka memaki,
merupakan anak pintar atau tidak?
Ibu2: tidak.
Ibu Zulfa: kalau begitu, siapa yang mengajar
anak-anak memaki?
Ibu-ibu: ibunya sendiri.
Masing-masing ibu diberi print out materi. (09.25
WIB)
Bu Zulfa meminta ibu-ibu untuk membaca materi
tersebut dan didiskusikan dengan teman kelompoknya. Sebelumnya, bu Zulfa
menjelaskan materi tersebut kepada ibu-ibu. Dalam materi dicantumkan beberapa
sikap yang dilakukan oleh orang tua, beserta saran yang sebaiknya dilakukan.
Ibu-ibu diminta untuk mempelajari materi dan
memainkan peran sesuai dengan materi tersebut dengan dipandu oleh mahasiswa PKM
dan Ibu Zulfa. Setiap kelompok mendapatkan 2 poin materi. (09.30 WIB)
Bermain
peran (09.45 WIB)
Kelompok Bawang putih (oleh ibu Aminah dan Ibu Yuli):
materi Raja Tak pernah Salah dan berbohong kecil. Ibu memainkan peran, anak
yang jatuh dari sepeda dan anak yang ingin ikut ibunya ke pasar.
Kel. Kemiri
(ibu Warsini dan Samini ): materi
mengancam dan bicara tidak tepat sasaran.
Kel. Jahe (Ibu Sulastri dan Ibu Kibtiyah, beserta
mahasiswa PKM): marah berlebihan (memarahi anak yang memaksa minta jajan) dan memaklumi
yang tidak pada tempatnya (mengutamakan anak laki-laki daripada perempuan)
Ibu Zulfa: “seringkali orang tua memihak kepada anak
laki-laki. Padahal seharusnya ada perlakuan yang sama terhadap anak laki-laki
maupun perempuan. Baik anak laki-laki maupun perempuan, jika mereka kesal dan
menangis, biarkan saja, agar emosinya tersalurkan dan tidak menjadi penyakit.
Berdasarkan penelitian, umur laki-laki lebih pendek adaripada perempuan, karena
perempuan bisa lebih menyalurkan perasaannya/emosinya, misalnya dengan
menangis, dibandingkan dengan laki-laki.”
Melanjutkan
bermain peran (10.00 WIB)
Kelompok laos (oleh Bu Hermin ibu Marfuah, dan
mahasiswa PKM): materi menekankan pada hal-hal yang salah (anak yang lebih tua
harus selalu mengalah) dan ayah ibu yang tidak kompak. (ibu ngotot tidak membolehkan
anaknya nonton tv, sedangkan ayah membolehkan agar anak tidak stres)
Ibu Zulfa: dalam menekankan apa yang baik dan apa
yang salah, ibu dan ayah harus kompak. Harus ada kesepakatan antara ayah dengan
ibu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar